Data eHAC bocor, ahli siber sebut 'Infrastruktur keamanan digital pemerintah Indonesia terlalu buruk'

 Data eHAC bocor, ahli siber sebut 'Infrastruktur keamanan digital pemerintah Indonesia terlalu buruk'

Sekitar 1,3 juta knowledge pengguna eHAC di Indonesia berisiko disalahgunakan, seperti untuk penipuan hingga yang paling kritis adalah manipulasi data, menurut ahli siber.

Pemerintah mengakui tersedia kerentanan pengambilan knowledge dan karena itu dijalankan perbaikan, tetapi mereka menyangkal terdapat kebocoran data.

Celah pada proses elektronik pemerintah ini bukan yang pertama.

Itu sebabnya ahli keamanan digital mengusulkan pembentukan otoritas independent dan percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) untuk menambahkan kepastian hukum dukungan data.

Baca juga: Berita dari Berbagai Sumber

Data 1,3 juta pengguna aplikasi eHAC milik Kemenkes dilaporkan bocor

Data ratusan juta peserta BPJS Kesehatan diduga bocor, 'otomatis yang dirugikan masyarakat'

'Bagaimana saya menjadi korban penyalahgunaan knowledge pribadi'

Di kalangan peretas, situs-situs pemerintah Indonesia tergolong "yang gampang dibobol", menurut Pakar Teknologi Informatika Onno Widodo Purbo. Laporan soal kerentanan proses keamanan web site milik pemerintah bukan sekali dua ia dengar, tetapi berkali-kali.

Karena itu pula insiden kebocoran knowledge di proses Indonesia Health Alert Card (eHAC) seperti bukan hal yang mengejutkan bagi Onno.

Ia lebih-lebih mengaku putus asa memperingatkan institusi pemerintah saat mendapatkan tersedia kerentanan pada proses keamanan digital.

"Sebetulnya banyak web site pemerintah itu bolong dan yang lihat duluan itu hacker senior, selanjutnya kami kasih tahu, sudah begitu mereka nggak bereaksi, bersama dengan berbagai alasan," ungkap Onno kepada wartawan Nurika Manan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (01/09).

"Yang hingga ngejebolin jebol bol itu kebanyakan hacker-hacker pemula. Dan itu kejadiannya akan satu atau dua th. kemudian sehabis bolong," lanjut dia.

"Dan selama setahun dua th. itu, informasi di di dalam yang mampu diambil itu parah-parah," ungkapnya.

Kebocoran knowledge termasuk knowledge teristimewa warga yang belakangan berlangsung pada proses eHAC, lanjut Onno, berisiko disalahgunakan tidak benar satunya untuk penipuan.

"Agak bahayanya begini, terkecuali no telephone [yang bocor] itu agak nyebelin. Kalau hingga tersedia no paspor, no KTP, nama kita, itu mampu dipakai menjadi orang pura-pura menjadi kita, kalau rela pinjam duit atau apa, nanti yang kena kita," terang dia.

"Itu mampu dipakai bikin manipulasi, misalnya, bayangkan terkecuali hacker-nya mampu knowledge teristimewa lengkap begitu, dia kan mampu nyaru menjadi siapa saja," tambahnya.

Padahal insiden kebocoran data, lanjut Onno, semestinya tak boleh hingga dialami oleh institusi pelayan publik. Berulangnya pembobolan knowledge teristimewa menurut dia mampu menggerus keyakinan warga pada fasilitas pemerintah.

Baca juga:

'Bagaimana saya menjadi korban penyalahgunaan knowledge pribadi'

Data teristimewa 'mudah beredar', RUU Perlindungan Data Pribadi dikebut

Hacker di Indonesia bobol puluhan ribu knowledge pemohon bansos AS, raup hampir 1/2 miliar rupiah

Infrastruktur keamanan digital pemerintah dikenal 'sangat buruk'

Konsultan keamanan siber dan pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, memperkirakan kebocoran knowledge akan konsisten berlangsung selama pengelolaan dijalankan asal-asalan dan membiarkan aspek keamanan.

Ditambah lagi, kata dia, infrastruktur proses keamanan digital pemerintah selama ini dikenal "sangat buruk sekali".

"Mau itu eHAC yang lama atau yang baru, knowledge penduduk selamanya saja sudah bocor," tutur dia kepada BBC News Indonesia.

"Ini membuktikan mereka asal-asalan sekali mengelola knowledge teristimewa kami semua. Masyarakat dipaksa untuk gunakan aplikasi milik pemerintah tanpa penjelasan dan jaminan mirip sekali," lanjutnya.

"Setelah tersedia insiden kebocoran data, yang mereka melaksanakan jadi cuci tangan tanpa berharap maaf dan bertanggung jawab. Ini memalukan sekali," ucap dia lagi.